Gemanusa7. com-Kegagalan pementasan drama sebabak aktris Ninik Sudaryati Deyang menyisakan ironi yang dramatis karena penampilannya di panggung Dewan Gizi Nasional (DGN) yang gagal, hingga dia pun harus mencucurkan air mata. Padahal, pementasan dramanya akan menjadi masterpiece jika ending dari pementasannya di panggung politik-pemerintahan langsung amit mundur, sebagai penanda pejuang sejati yang sungguh hendak memperjuangkan kepentingan rakyat.
Jika pementasan drama Ninik Sudaryati Deyang bisa disampul dengan penutupan layar pemanggungan dengan mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua Badan Gizi Nasional, pelajaran mahal bagi rakyat yang sudah hilang kepercayaan terhadap siapapun — hingga yang tertinggal kepercayaan kepada Tuhan — maka tampilan aktris Ninik S. Deyang bisa menjadi pemanggungan yang berkelas, setidaknya membuktikan bahwa ambisi seorang aktivis — yang juga jurnalis — sungguh tidak sedang ikut berburu rente, jabatan, kedudukan, utamanya tidak untuk menyelamatkan diri sendiri dari jeratan kemiskinan struktural, kemiskinan kultural maupun kemiskinan yang dimanipulasi oleh jargon-jargon perjuangan yang palsu.
Rekam jejak Ninik Sudaryati Deyang yang memulai karier sebagai wartawati Tabloid Bangkit dan politikus Indonesia, kelahiran Madiun, 3 Januari 1968 hingga menjabat Wakil Ketua Badan Kemenangan Nasional (BKN) Koalisi Indonesia Adil Makmur pada Polres 2019 untuk pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Lalu menjabat Wakil Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (2024-2029. Dan pada diangkat menjadi Komisaris Independen Pertamina pada Juni 2025. Dan menjabat Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) sampai mengakui kegagalan — dan mewek dihadapan publik — tidak juga mau mengundurkan diri, agar dapat memberi contoh kepada pejabat yang lain untuk menjaga harga diri dan rasa malu yang semakin punah dalam budaya bangsa Indonesia hari ini.
Penetasan drama politik Ninik Sudaryati Deyang yang tidak tuntas dalam ending yang dramatis politis itu, jadi tidak memberi pesan-pesan spiritual apa-apa yang berpijak pada etika, moral dan akhlak mulia manusia yang semakin mendesak untuk diperbaiki. Sebab semua bentuk kerusakan yang terjadi di negeri kita ini bermula dari ketiadaannya etika, moral dan akhlak yang harus ditegakkan dan diteladani oleh segenap anak bangsa, utamanya bagi aparatur pemerintah dan seluruh pejabat serta petinggi yang menentukan kebijakan di negeri ini.
Jadi pengakuan kegagalan Ninik Sudaryati Deyang sebagai pejabat publik — sekedar repertoar murahan belaka yang tidak memberikan nilai apa-apa, kecuali permintaan maaf yang tidak sama sekali diperlukan bagi rakyat yang terluka akibat ulah yang salah dari kebijakan yang keliru hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, seperti permintaan maaf yang direngekkan Nanik Sudaryati Deyang seperti dalam operasi sabun yang tidak laku menjadi tontonan untuk menghibur, atau sekedar berbagi rasa pahit dan getir kehidupan rakyat hari ini.
Oleh karena itu, masih cukup elegan bila Ninik Sudaryati Deyang melakukan penyempurnaan pementasan drama politiknya dengan mengumumkan segera pengunduran diri dari semua jabatan yang menumpuk dipundaknya itu, untuk membayar kekecewaan rakyat yang selalu tidak hendak didengarkan, termasuk bagi para aktivis pergerakan yang sudah masuk dalam lingkaran kekuasaan pada hari ini.
Banten, 27 September 2025/Gn7.c-)