Hentikan MBG! Anak Kita Layak Pangan Aman
Jakarta, Swaranusa7.com,–
Suara Ibu Indonesia muncul sebagai gerakan sosial-politik yang diprakarsai oleh kelompok ibu-ibu, anak muda dan perempuan, yang ingin menaikkan suara terhadap kebijakan publik yang dianggap merugikan anak-anak dan masyarakat.
Kami menyampaikan keprihatinan dan kemarahan mendalam atas terus berulangnya kasus keracunan massal yang menimpa ribuan anak sekolah akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program yang diklaim sebagai solusi gizi anak sekolah ini justru menimbulkan krisis kesehatan, krisis akuntabilitas, dan krisis moral dalam tata kelola negara. Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat lebih dari 10.482 anak menjadi korban keracunan MBG di berbagai daerah. Laporan investigatif Project Multatuli menemukan bahwa makanan MBG kerap disiapkan di dapur yang tidak higienis, menggunakan bahan tidak layak, dan tanpa pengawasan standar kesehatan.
Mestinya, pemerintah memastikan bahwa dalam seporsi MBG berisi makanan dengan menu lengkap berbasis sains dan kebutuhan anak sesuai dengan arahan Kemenkes yaitu pedoman gizi seimbang “Isi Piringku”, yang terdiri dari 5096 makanan pokok dan lauk pauk, serta 50X sisanya adalah sayur dan buah. Oleh sebab itu, penting bagi pelaksana di dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) untuk melibatkan ahli gizi, dokter anak, dan organisasi masyarakat sipil. Alih-alih menjadi program wajib, selayaknya kembalikan program ini hanya kepada daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dan atau anak dari keluarga pra-sejahtera yang membutuhkan intervensi khusus perbaikan gizi.
Anggaran MBG yang mengambil sebagian besar dana pendidikan harusnya bisa meningkatkan kesejahteraan guru, membenahi infrastruktur sekolah 3T, dan membangun kantin sehat berbasis komunitas yang dikelola sekolah, guru, dan orang tua dengan bahan pangan segar dari petani lokal.
Yang lebih mengkhawatirkan, pemerintah melibatkan TNI/POLRI dalam rantai distribusi dan pengawasan program ini, langkah yang memperlihatkan militerisasi urusan sipil dan membuka ruang baru bagi penyalahgunaan kewenangan dalam ranah publik. Padahal, militer bukan lembaga pangan, dan tugas mereka bukan mengurus gizi atau makan anak-anak sekolah.
Program MBG juga telah gagal memenuhi prinsip inklusivitas dan hak anak atas kesehatan. Banyak anak dengan alergi makanan, intoleransi laktosa, atau kondisi medis tertentu tidak dapat mengonsumsi makanan yang disediakan MBG, namun tetap dipaksa ikut tanpa Ops! pengganti. Ini bentuk pengabaian terhadap hak anak atas perlakuan yang adil dan aman di sekolah. Hal yang mengkhawatirkan juga adalah, program yang belum melewati evaluasi menyeluruh setelah adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan massal ini mulai menyasar Ibu hamil.
Lebih dari itu, program MBG juga mengabaikan rekomendasi para ahli gizi yang menegaskan bahwa anak-anak sebaiknya tidak rutin mengonsumsi ultra processed food (UPF). Banyak menu MBG justru didominasi bahan olahan instan, seperti sosis, nugget, atau kornet, yang tinggi garam, lemak jenuh, dan pengawet, jauh dari konsep “bergizi” yang dijanjikan. Belum lagi soal susu tinggi gula yang kerap hadir di dalam nampan ompreng anak.
Maka dari itu, kami menuntut pemerintah untuk:
- Hentikan proyek MBG di seluruh Indonesia. Program ini telah gagal menjamin keselamatan, kesehatan, dan inklusivitas anak-anak.
- Cabut pelibatan TNI/POLRI dalam seluruh aspek penyelenggaraan MBG maupun program lain yang berkaitan dengan ranah sipil.
- Lakukan audit nasional independen terhadap seluruh vendor, dapur sekolah, dan rantai pasok MBG, serta publikasikan hasilnya secara terbuka.
Suara Ibu Indonesia menyadari bahwa banyak pekerja informal, ibu-ibu, dan tenaga dapur sekolah yang selama ini menggantungkan penghidupan mereka pada program MBG. Kami juga memahami bahwa banyak anak-anak di sekolah membutuhkan asupan gizi tambahan.
Namun, ketika pekerja kecil yang direkrut tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai, dan makanan untuk anak-anak tidak dikelola dengan standar keamanan yang ketat, maka program yang seharusnya menjadi bantuan justru berpotensi menjadi bencana. Program gizi seharusnya menjamin kesejahteraan, bukan menambah risiko kesehatan dan ketidakpastian
ekonomi bagi para pekerja dan anak-anak penerima manfaatnya.
Jakarta, 15 Oktober 2025.
Narahubung: Ririn : #62 813-1768-0540
Annete: #62 812-8336-8749 Email Suara Ibu Indonesia : halosuaraibu@gmail.com
Media Sosial Suara Ibu Indonesia : IG @suaraibuindonesia
Jaringan yang mendukung: Aliansi Ibu Indonesia HERIizon
SERUNI KoaliSi Perempuan Indonesia
Artsforwomen Indonesia