Swaranusa7. com-Janganlah terlalu banyak berharap penghargaan dari orang lain, jika Anda sendiri belum pernah menakar penghargaan dan penghormatan dari Anda untuk orang lain. Sebab penghargaan dan penghormatan terhadap Anda sendiri akan sangat tergantung dari penghormatan dan penghargaan Anda bagi orang lain itu. Sementara harapan Anda pun, mungkin sudah terlaku berlebih ingin mendapat penghargaan dan penghormatan dari orang lain akibat dari egoisme Anda untuk dihargai dan dihormati sudah melampaui ambang batas. Apalagi kemudian — dibawah kesadaran dan nalar yang tidak sehat — Anda selalu memaksa kepada orang lain untuk mengormati dan menghargai diri Anda yang patut untuk Anda terima seperti apa adanya saja.
Inilah wilayah akal dan nalar bekerja diatas atau dibawah kendali kesadaran yang acap tidak terkontrol. Padahal kesetimbangan nya harus sepadan, seperti meracik kopi dengan gula untuk diminum dengan kenikmatan rasa yang harmoni, selaras seperti gending Jawa yang tidak patut dimainkan dengan seronok. Lain cerita kalau memang ingin menampilkan warna musik yang berbeda — eksentrik atau sejenis musik avangard — yang memang diharap mampu membetot kesadaran budaya yang sedang macet.
Dalam versi yang lain, ini semacam repertoar nyeleneh yang sengaja ingin memasuki dimensi spiritual yang sulit, akibat hati dan jiwa yang sempat terlepas dari simpul pengikat dengan Tuhan. Maka itu, kebiasaan untuk selalu bersyukur menerima segala tiba — seperti yang pernah diucapkan penyair Chairil Anwar — patut dan harus senantiasa disadari dan disyukuri seperti tradisi dalam kebiasaan kaum sufi yang acap sulit dipahami oleh orang kebanyakan yang terlanjur memiliki pola pikir fanatisme berilmiah-ilmiah itu. Sebab segala hal — menurut mereka yang keblinger oleh budaya akademik itu — bahwa akal lebih penting dari nalar yang mampu mencerna hal-hal yang bersifat ilmiah. Padahal, tidak semua dapat dipahami secara ilmiah, karena harus menggunakan keyakinan yang tidak terjangkau oleh akal. Begitu juga ikhwalnya soal naluri dan feeling yang tidak mampu dicerna oleh akal yang paling kampiun sekalipun. Sebab naluri dan feeling hanya bisa diterima begitu saja tanpa syarat perkecualian, lantaran hanya akan bijak diterima begitu saja dengan penuh rasa kompromi dengan hati — sebagai penakar rasa — untuk kemudian diterima dengan sepenuh keyakinan tanpa ragu dan kesangsian sedikitpun. Jadi keyakinan dan kepercayaan itu jelas berada di atas hasil pemikiran yang paling jenius sekalipun.
Banten, 21 November 2024
Paparan ini adalah inti pokok dari usulan pemikiran Karto Glinding yang ingin dijadikan materi bahasan dalam dialog tentang perlunya gerakan kebangkitan dan kesadaran spiritual di Indonesia yang sangat potensial untuk menjadi pusat pergerakan sekaligus pelopor untuk mengembangkan wawasan dan kecerdasan spiritual yang dapat dijadikan semacam benteng penangkal dari gerusan maupun gesekan — atau benturan — peradaban seperti yang sedang membuat kecemasan banyak orang untuk memproyeksikan masa depan yang lebih baik dan lebih manusiawi.
(Swn7.c)